IIBU

UNTUK IBU

Ibu, wajah berserimu itu sekarang kulihat tua.
Tubuh tegarmu itu sekarang mulai melemah.
Sinar mata yang tajam saat memarahiku dulu,
kini tak pernah lagi kulihat.

Ibu, Aku rindu marahmu
Cubit lenganku lagi sampai berwarna merah
Merahkan juga telingaku dengan kritik tajammu
Lakukan saja apapun yang kau mau padaku
Kau injak kepalakupun kan kuserahkan dengan tersenyum

Ibu, aku bukanlah siapa-siapa di depanmu.
Yang dulu tak pernah bisa ke mana-mana,
tanpa meringkuk di gendonganmu.
Sekarang masih seperti dulu, Bu.
Aku hanya seonggok daging kecil,
yang tak pernah bisa bernafas tanpa kasihmu

Ibu, sudah berapa kali aku melukaimu?
Pasti sudah hilang kan catatanmu?
Sedangkan aku masih memiliki catatan-catatan bodohku,
yang merasa telah kau kecewakan.

Ibu, Dapat kuhitung dengan jari tanganku,
berapa kali aku membuatmu tersenyum,
berapa lembar kain yang pernah kubeli untukmu
Tak banyak kan?
Tapi kenapa kau tak pernah meminta?

Ibu, aku takut kau tinggalkan aku,
karna aku memang tak pernah siap kau tinggalkan.
Aku sangat membutuhkan teguranmu

Ibu…
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa
Ibu…
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam
Ibu…
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian
Ibu…
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku
Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu
Ibu…
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku
Ibu…
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga
Ibu…
hanya do’a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas
Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu
Ibu…, I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada Ayah…!!!





Bunda
Bunda
Kau kuat menanggung beban kandungan
Sembilan bulan
.
Bunda
Kau sabar membiarkanku berada di sana
Hingga proses kelahiran
.
Bunda
Kau saksi betapa sakit persalinan
Batas tipis hidup mati yang kau taruhkan
.
Bunda
Saat tangis mungilku terdendangkan
Berderai tangis harumu beriring senyum kebahagiaan
.
Bunda
Bayi itu kau selimuti kasih sayang
Dengan perasaan tulus tak terbantahkan
.
Bunda
Kau saksi pertama aku berceloteh mungil
Saksi pertama langkah-langkah kecil
.
Bunda
Caramu indah dalam membesarkanku
Meski harus menempuh liku-liku
.
Bunda
Saat dewasaku
Tak ingin ku menjadi saksi beribu pilumu
.
Bunda
Aku ingin kau senantiasa bahagia
Meski dalam sahaja
Bersama lelaki tercinta
Yang biasa kusapa ayahanda
.
Bunda
Aku ada
=======================
Bicaraku untuk ibu
Seorang ibu
Seakan mendengar tangisanku yang tersembunyi
Tetap menghantar pesan nasihat
Walau “jangan risau ibu” kuulang berkali-kali
Terasa seakan pintu langit terbuka
Dia wakil daripada Ilahi
Menyentuh sayang hatiku
Aku tersenyum
Saat semua orang menyatakan aku kuat
Dikau wahai ibu mengetahui anakandamu ini
Bermesej-mesej kau hantar sebagai penenang hati
Seakan tangisku yang tersembunyi kau dengari dengan jelas sekali
Ibu,
Kalau aku mampu beli seluruh dunia untuk bersamamu
Makan aku uruskan itu sesegera waktu
Tapi aku tertakhluk kelemahan kudratku,
Hanya usaha sahaja yang ada padaku,
Jangan risau ibu,
Jangan risau
Aku amat percaya dan sangat percaya
Sitar takdir yang sentiasa bersamaku
Sentiasa terpetik dan tidak akan menzalimiku
Bukan sepanjang masa lagunya sedih
Bukan sepanjang masa juga lagunya bahagia
Namun tuan sitar telah berjanji kepadaku ibu
Setiap kesusahan itu diiringi dengan kesenangan,
Kuulang jangan risau ibu,
Lepaskanlah tembakan-tembakan doamu kepadaku
Jangan kau hentikan layangan kasihmu padaku
Aku telah berjanji padamu untuk terus hidup
Maka aku akan terus hidup dengan janjiku itu
Ibu,
Sesungguhnya kita tidak tahu apa takdir yang tertulis
Mungkin Ilahi hanya menggegarkan kita sebentar
Menguji keimanan
Dan ini belum tentu lagi kesudahan
Tersenyumlah ibu,
Bahagiamu bahagiaku
Laramu laraku,
dengan senyumanmu,
Akan kuhentak awan dengan telapak kakiku.
……………
-khas untuk manusia yang kupanggil ibu-
~laksamana angkasa~



Ibu
Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku
Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras
Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia
Andai aku bisa, bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu
Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku
Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda
Bunda, pelangi dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu